Alternatif Knalpot Skubek Boreup Buat Yang Gak Mau Bersuara
Substitusi bisa dari motor sport juga
“Kalau sudah sampai 200 cc, bisa juga pakai knalpot milik Suzuki Satria F-150,” ujar Yong Mustofa dari Yong Motor di Jl. Serdang Raya, No. 4, Kemayoran, Jakarta Pusat. Saluran buang yang diaplikasi, tentu sebatas silencer.
Pakai part standar bebek tipe ayam jago ini, tinggal pasang aja. Dimensinya yang tidak terlalu besar, bikin silencer ini cocok diaplikasi di skubek kecil macam Yamaha Mio. “Tinggal bikin dudukan ulang buat pemegang mufler. Tapi lehernya bisa sekalian diganti pakai ukuran pipa diameter 28–30 mm biar lebih enak,” saran pria 29 tahun ini.
Selain pakai silencer Satria F-150, bisa juga pakai milik Yamaha Scorpio. Knalpot ini, cocok buat diaplikasi di skubek gambot macam Yamaha Nouvo. Karena dimensi part yang juga tergolong lebih besar.
Pertimbangan pakai muffler Scorpio biar tenaga yang diberikan tidak terlalu drop. Apalagi karena motor sudah 200 cc. “Tapi, kalau dikatakan mendongkrak tenaga cukup signifikan sih tidak,” aku Taqwa Suryo Swasono, tunner mobil dari Garden Speed di Jl. KH Muhasim VIII, No. 45A, Cilandak, Jakarta Selatan.
Memang, tunner yang juga garap motor balap ini berkata pilihan knalpot Scorpio itu bukan berdasar kapasitas isi silinder. Artinya, enggak mentang-mentang sudah bore up 200 cc lebih, lalu pakai knalpot dari motor yang ber-cc sama.
"Di mobil, selama ini sih manjur. Ketika mobil pakai muffler yang volume tabungnya punya kenaikannya 30%, power agak naik. Tapi selama enggak pakai turbo ya,” ungkap Taqwa.
Pilihan pakai knalpot Scorpio, juga karena modelnya yang slip on. Artinya, bukan model yang jadi kesatuan mulai dari leher hingga silencer. Tapi, model ini bisa dilepas terpisah antara mufler dan leher. Harga knalpot yang ditawarkan Rp 585 ribu berdasar price list dari ATPM.
Lagi-lagi, buat aplikasi kudu sesuaikan juga bagian leher atawa diameter pipa manifold. “Butuh diameter yang lebih besar dari standar. Untuk menunjang akselerasi. Baik tarikan bawah atau atas,” tambah Jessy Liga Siswanto, pemilik brand Kawahara Racing.
Knalpot aftermarket suara minim bisa jadi lirikan(kiri). Leher bisa andalkan variasi berbahan stainless steel(kanan).
Nantinya, besar diameter pipa ini secara tidak langsung akan berpengaruh ke karakter peak power. "Tergantung dari kompresi mesin yang diterapkan juga," bilang Rio Teguh, pemilik tim drag Anker Sports Harriot’s Key Speed Racing asal Bandung, Jawa Barat.
Setidaknya diameter pipa besar, putaran atas lebih jalan ketimbang kecil. "Leher kecil, cocok untuk mesin kompresi lebih rendah. Tapi, punya efek panas mesin jika dipakai kondisi jalan macet," urai Rio yang kepincut drag matik.
Harga ditawarkan pipa itu berkisar Rp 175–200 ribuan. Tergantung tipe skubek. Modelnya pun, slip on. Jadi, tinggal pasang saja. Tapi buat sobat yang tetap ingin pakai knalpot bergaya racing, kini di pasaran pun banyak tersedia knalpot kompetisi dengan suara merdu.
Seperti contohnya, AHRS yang menyebutnya tipe silent series. Atau, Password yang mengadopsi model berbentuk pipih. Kedua knalpot ini, bisa diandalkan. Bicara harga, dijual sekitar Rp 350–400 ribuan. “Tersedia untuk semua tipe matik,” jelas Dessy dari AHRS di Jl. Tole Iskandar, No. 162, Depok, Jawa Barat
Sumber
Pakai Karbu RX-King di Thunder 125? Pakai Intake Scorpio-Z
Lubang baut di intake Scorpio dilebarkan supaya pas di head Thunder |
“Arah karbu sama dengan standar. Ubahannya sedikit banget” ujar Ceng Kun, pemilik dan mekanik Ceng Kun Motor Sport (CMS) di Tangerang, Banten.
MOTOR Plus sempat mengulas pilihan karburator Thunder 125, salah satunya pakai komponen pengabut bahan bakar RX-King. Dulu pilihannya tetap mengandalkan leher angsa asli Thunder 125. Siasat pemasangannya, bisa pakai adaptor supaya moncong karbu bisa masuk ke intake Thunder 125.
Pilihan ini kali pakai intake manifold punya Scorpio-Z. Pemasangannya cuma menggeser posisi lubang baut pada intake ke atas, agar pas dengan baut di kepala silinder mesin Thunder.
“Dilubangi pakai bor tuner 1 mm di lubang baut intake yang ke mesin,” ungkap Ceng Kun yang bisa juga dipanggil Jaka yang bukan Sembung itu.“Dilubangi pakai bor tuner 1 mm di lubang baut intake yang ke mesin,” ungkap Ceng Kun yang bisa juga dipanggil Jaka yang bukan Sembung itu.
Pelampung ditinggikan jadi 23 mm |
“Atasnya dibikin kering supaya pas gas dibuka enggak mbebek,” cerocos Ceng Kun yang kalau ngomong susah distop. Jangan lupa juga pelampung bensin kudu ditinggikan. Standarnya tinggi pelampung karbu RX-King 20 mm atau 21 mm.
Buat penggunaan di Thunder 125 ukuran tinggi pelampung pengabut RX-King jadi 23 mm. “Menyesuaikan karakter suplai bensin pada mesin 4-tak. Biar pas aja,” tegas Ceng Kun.
Jika ditotal biayanya lebih dari Rp 900 ribu. Karbu RX-King asli dan baru Rp 800 ribuan dan intake Scorpio-Z Rp 100 ribu. Kalau mau irit pakai yang bekas
Sumber
Dongkrak Performa Suzuki Shogun Axelo 125 Tidak Perlu Bore Up!
Peningkatan tenaga dipantau terus lewat dyno
Seperti dilakukan Robby Wahyudi di pacuan yang baru saja ditebusnya beberapa waktu lalu. “Sebelum Axelo ini, pakai Shogun 125. Cara ini sebelumnya juga sudah diterapkan di Shogun. Jadi tinggal copy paste aja,” ujar pria yang tinggal di Pamulang, Tangerang.
Proses pengerjaan, dilakukan Freddy A. Gautama. Dia orang pemilik workshop Ultraspeed di Jl. H Mencong, No. 42, Ciledug, Tangerang. Buat meningkatkan power, pria yang juga punya mesin dyno ini menyentuh beberapa part vital.
Pertama, dari sisi piston. Tujuannya biar dongkrak kompresi. Piston pun dipilih merek Izumi yang biasa diaplikasi tunner bakal mengisi jeroan bebek balap. “Diameternya tetap ukuran standar, 53,5 mm. Tinggi dome disesuaikan,” aku Freddy.
Cukup knalpot Satria F-150
Coakan di kepala piston juga disesuaikan dengan klep yang lift-nya ikut dinaikkan. Tentu biar enggak mentok. Kenaikan lift klep ini juga pengaruh dari pemapasan kem. “Untuk durasinya agak lupa. Tapi tiap bumbungan dipapas sekitar 1 mm aja kok,” urai Choky lagi.
Naiknya lift klep, butuh penyesuaian juga di bagian per klep. Biar sedikit lebih keras dan cegah floating di rpm tinggi, per standar digantikan fungsinya oleh per klep merek TK. Lewat ubahan ini, kini kompresi di engine sentuh 11 : 1.
Untuk dongkrak pengapian, CDI BRT ikut dipasang. Pakai tipe Dual Band, tapi aplikasi dari tipe Shogun 125. “Perubahan di soket aja. Axelo, soket CDI-nya mirip dengan Suzuki Smash,” pasti Freddy.
Setingan terakhir, terletak di pengabut bahan bakar. Hanya sebatas penggantian pilot-jet dan main-jet. Standarnya Axelo, pakai pilot 15 dan main-jet 95. Sekarang sudah pakai ukuran 17,5 dan 102,5.
Mau coba?
Naik 3,8 dk! Asalnya 7,02 dk jadi 10,81 dk
Meski tenaga pacuan melonjak, tapi Robby ogah tampil berlebih. Iya, tampil untuk pamer ubahan di mesin. Mungkin karena di punya karakter low profile ya.
Maka itu, urusan saluran buang dipakai punya standar. Tapi, standarnya milik Suzuki Satria F-150 yang punya volume tabung lebih besar. Untuk bagian leher, Robby aplikasi pipa tiga ukuran. Pertama, 24 mm. Lalu bagian tengah dipasang 26 mm. Dan 28 mm untuk pipa yang ke silencer.
“Harga silencer yang baru sekitar Rp 400 ribu. Sekennya Rp 200 ribuan,” kata pria yang mau turing bersama Axelo-nya ke Magelang, Jawa Tengah untuk naik gunung Merbabu ini.
Sumber